Masyakat Perkotaan dan Perdesaan

Pada kesempatan kali ini saya akan kembali membahas sesuatu yang menarik untuk diketahui, tetapi banyak orang yang menghiraukannya. Semoga hal-hal yang akan dibahas memberikan kepada para pembaca.

Masyarakat Perdesaan




Melihat dari berbagai aspek yang ada, baik kita lihat secara langsung ataupun melalui media informasi, baik cetak maupun media elektronik, bahwa betapa fenomena hidup yang ada dipedesaan mulai mengalami pergeseran nilai, norma serta adat istiadat yang tidak lagi dihiraukan oleh banyak penduduk desa yang ingin merasa kehidupannya berubah, baik ekonomi maupun status sosialnya.
Ini merupakan dampak negatif dari terjadinya Urbanisasi karena para penduduk desa terpaksa (kalau menurut saya) melakukan hal tersebut karena desakan ekonomi yang ada. 

Selain dampak negatif pada moral, terdapat dampak negatif tersebut menjadi sumber persoalan yang rumit bagi kota, di samping urbanisasi juga mengakibatkan lambatnya perkembangan desa yang disebabkan oleh banyaknya tenaga potensial yang meninggalkan desa. Jadi, dampak negatif urbanisasi bagi desa dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.    Penduduk desa sebagian besar golongan tua dan anak-anak
b.    Kekurangan tenaga yang potensial
c.    Perkembangan desa terlambat
d.    Produksi pertanian menurun
e.    Modal desa pindah ke kota.

 Mengapa semua itu terjadi? 
Apakah pendapatan kerja di desa tidak memadai? 
Atau mereka yang melakukan urbanisasi tidak mendapatkan lapangan kerja di desanya? 

Klo menurut saya ini merupakan PR pemerintah mengurangi jumlah masyarakat yang melakukan Urbanisasi dengan berbagai hal. Memang hampir semua kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan pembangunan desa mengedepankan sederet tujuan mulia, seperti mengentaskan rakyat miskin, mengubah wajah fisik desa, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, memberikan layanan social desa, hingga memperdayakan masyarakat dan membuat pemerintahan desa lebih modern. Sayangnya sederet tujuan tersebut mandek diatas kertas.

Karena pada kenyataannya desa sekedar dijadikan obyek pembangunan, yang keuntungannya direguk oleh actor yang melaksanakan pembangunan di desa tersebut : bisa elite kabupaten, provinsi, bahkan pusat. Di desa, pembangunan fisik menjadi indicator keberhasilan pembangunan.

Karena itu, Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang ada sejak tahun 2000 dan secara teoritis memberi kesempatan pada desa untuk menentukan arah pembangunan dengan menggunakan dana PPK, orientasi penggunaan dananyapun lebih untuk pembangunan fisik.

Bahkan, di Sumenep (Madura), karena kuatnya peran kepala desa (disana disebut klebun) dalam mengarahkan dana PPK untuk pembangunan fisik semata, istilah PPK sering dipelesetkan menjadi proyek para klebun.

Menyimak realitas diatas, memang benar bahwa yang selama ini terjadi sesungguhnya adalah “Pembangunan di desa” dan bukan pembangunan untuk, dari dan oleh desa. Desa adalah unsur bagi tegak dan eksisnya sebuah bangsa (nation) bernama Indonesia.

Kalaupun derap pembangunan merupakan sebuah program yang diterapkan sampai kedesa-desa, alangkah baiknya jika menerapkan konsep :”Membangun desa, menumbuhkan kota”. Konsep ini, meski sudah sering dilontarkan oleh banyak kalangan, tetapi belum dituangkan ke dalam buku yang khusus dan lengkap. Inilah tantangan yang harus segera dijawab.



Tidak semua masyarakat desa yang berurbanisasi mencapai impiannya, bahkan lebih banyak di antara mereka yang kurang berhasil mengubah nasib. Keadaan ini menyebabkan kekecewaan dan pengangguran tersebar di mana-mana. Banyak di antara mereka yang akhirnya menjadi pengemis dan tunawisma. Terkadang karena terdesak faktor ekonomi, banyak di antara mereka yang memilih jalan pintas melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum sehingga tingkat kriminalitas meningkat.



Masyarakat Perkotaan




 
Fenomena kehidupan perkotaan yang mempunyai motto hidup “Biar tekor asal Tersohor” menjadi sebuah gaya hidup serba boleh, walaupun itu melabrak norma-norma hukum lebih-lebih norma agama. Tidak jarang masyarakat yang tinggal di desa tidak menyukai masyarakat perkotaan yang katanya terlihat sombong, angkuh, tidak mepunyai adab. Tetapi mungkin masyarakat desa hanya melihat yang negatifnya saja. Disamping itu banyak juga masyarakat kota yang bersifat baik. Seperti itulah kehidupan, pasti ada positif dan negatifnya.


Agar lebih jelas mengenai ciri-ciri masyarakat perkotaan sebagai berikut : 


  • Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
  • Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
  • Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
  • Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
  • Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
  • Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
  • Netral Afektif
    Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
  • Orientasi Diri
    Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik 
  • Universalisme
    Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
  • Prestasi
    Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.

Hubungan Desa-Kota, Hubungan pedesaan-perkotaan 

Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur mayur , daging dan ikan.

Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.




Referensi :
http://blog-pelajaransekolah.blogspot.com/2013/06/dampak-urbanisasi.html
http://www.gudangmateri.com/2010/04/masyarakat-desa-dan-masyarakat-kota.html
http://euforia-arisam.blogspot.com/2010/09/fenomena-penyebab-kepadatan-penduduk.html
http://daramuliya.wordpress.com/2013/11/30/ekonomi-pembangunan-urbanisasi-dan-migrasi-desa-kota-teori-dan-kebijakan/
http://m.poskotanews.com/2013/08/13/satu-juta-penduduk-desa-bakal-serbu-kota-kota-besar/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GAME : ANTARA KEMAMPUAN DAN KEINGINAN

Penggunaan Sosial Media Path dengan Bijak

Indonesia Menuju Negara Maju